√ Kami mewawancarai Michael Gilbert, pemuda Indonesia yang sedang kuliah di MIT …

Namanya Michael Gilbert. Pemuda asal Kota Cirebon, Jawa Barat ini sedang menempuh pendidikan di universitas nomor 1 dunia, MIT (Massachusetts Institute of Technology).
Medali emas IPhO (Olimpiade Fisika Internasional), APho (Olimpiade Fisika Asia), OSN (Olimpiade Sains Nasional)… dan sederet prestasi lainnya di bidang matematika, fisika, dan kimia.
Dia juga magang penelitian di Thomas J. Watson Research Center – pusat penelitian IBM di New York.

Menakjubkan tentunya ketika ada anak-anak muda Indonesia yang berhasil mendapatkan begitu banyak prestasi ilmiah.
Apa rahasianya?
Berbekal rasa ingin tahu ini, kami menghubungi Michael Gilbert. Kami berkesempatan untuk mewawancarainya, dan inilah hasilnya.
Gimana ceritanya sampai akhirnya bisa kuliah di MIT?
MIT adalah universitas impian saya sejak SMP dan pilihan pertama saya di SMA. Beruntung saya diterima di jalur EA (Early Action).
MIT hanya memiliki 1 jalur pendaftaran melalui penerimaan web MIT. Di sana saya harus bersaing dalam jajak pendapat di antara pelamar internasional.
Dari sekitar 1400 mahasiswa yang diterima MIT setiap tahunnya, terdapat kuota sekitar 120-140 untuk mahasiswa internasional (dari 80++ negara).
30-40% akan diterima di early action (Desember), dan sisanya akan diterima di regular action track (Maret).
Mengapa Anda memilih jurusan ilmu komputer & teknik elektro?
Saya memilih ilmu komputer & matematika terapan. Saya memiliki passion yang kuat terhadap ilmu komputer, khususnya di bidang pembelajaran mesin (Artificial Intelligent).
Saya rasa bidang apapun kedepannya tidak akan lepas dari pengaruh AI. Saya mengalihkan jurusan ke-2 saya dari Teknik Elektro ke Matematika Terapan. Alasannya karena saya tertarik dengan bidang Komputasi Kuantum (Quantum Computing).
Ada banyak mata kuliah prasyarat yang harus diambil dari jurusan matematika terapan sebelum saya bisa mengambil mata kuliah komputasi kuantum ini. Selain itu, banyak kursus teknik elektro tumpang tindih dengan ilmu komputer. Saya pikir saya bisa belajar sendiri sisanya nanti.
Bisakah Anda memberi tahu saya apa yang Anda lakukan di sana? Belajar, penelitian, dan penelitian di IBM?
Saya hanya bisa menjelaskan secara garis besar tetapi tidak secara detail karena terikat perjanjian paten dan sejenisnya.
Saya magang sebagai peneliti di Thomas J. Watson Research Center. Pusat penelitian IBM di New York. Di sana saya menyelesaikan makalah saya tentang fenomena elektromagnet PDL (Parallel Dipole Line System) bersama Kak Oki.
Serta menyelesaikan pembuatan sensor pendeteksi gempa terbaru yang dilengkapi dengan sistem peringatan dini berbasis AI (Artificial Intelligent).

Selama di Indonesia, kalian belajar dan menjuarai berbagai olimpiade, baik matematika, fisika, maupun kimia. Di MIT, Anda mengambil jurusan ilmu komputer & teknik elektro. Mengapa Anda sangat menyukai ilmu yang sulit ini?
Sebenarnya tidak ada yang sulit jika sudah menjadi passion kita. Semuanya dimulai dengan minat untuk membuktikan fenomena alam secara matematis.
Sejak muda saya tertarik untuk membuktikan setiap formula yang saya temui dan mencari tahu untuk tujuan apa formula itu dibuat.
Dan semuanya berlanjut hingga sekarang. Saya mencintai bidang ini dan bagi saya itu adalah tantangan yang harus saya taklukkan tidak peduli seberapa sulitnya.
Apakah Anda pernah merasa pusing saat mempelajari itu semua? Pernahkah Anda berpikir untuk menyerah saat belajar?
Pusing, capek, bosan pasti ada. Dan itu cukup sering saya rasakan.
Namun rasa ingin tahu dan keinginan untuk memecahkan masalah lebih besar daripada keinginan untuk menyerah. Jadi saya memilih untuk terus bergerak maju.
Dalam sehari, berapa jam Anda belajar?
Biasanya 6 jam di luar jam pelajaran. Tapi saya bisa menghabiskan 10-12 jam di laboratorium atau perpustakaan selama akhir pekan atau hari libur. Saya sangat suka membaca & melakukan pekerjaan.
Apa pesan Anda untuk pemuda di Indonesia?
Banyak belajar dan berlatih keterampilan yang dibutuhkan. Perluas wawasan karena dalam berbagai bidang kita masih tertinggal dari negara lain.
Apa tujuan dan harapan Anda untuk masa depan? Baik untuk diri sendiri, untuk Indonesia, dan untuk dunia.
Saya ingin menjadi Technopreneur. Bidang yang sesuai dengan passion dan keahlian saya yang sedang saya pelajari di MIT.
Dari situ saya menerapkan ilmu saya. Dan berharap bisa sukses di tingkat internasional sehingga bisa membantu banyak orang.
Membawa transfer teknologi dan dana untuk Indonesia sehingga bisa membawa kemajuan bagi Indonesia. Dan untuk menjadikan dunia yang lebih baik, sejalan dengan visi MIT.