Minum Tanpa Sedotan Tidak Dapat Menyelamatkan Samudera dari Plastik –

Penggunaan plastik telah dilarang di banyak negara. Selama ini beberapa produk seperti botol, tas, sedotan plastik dan peralatan lainnya dibuang begitu saja setelah digunakan. Hal ini mengakibatkan sampah plastik yang dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan.
Parlemen Eropa telah menandatangani kesepakatan untuk melarang 10 jenis plastik sekali pakai, terutama peralatan makanan dan sedotan plastik.
Sementara itu di Amerika Serikat, upaya yang dilakukan berpusat pada pelarangan sedotan plastik.
Perusahaan Walt Disney membuat peraturan untuk menghilangkan sedotan sekali pakai, tas belanja plastik, dan cangkir styrofoam pada pertengahan 2019. Selain itu, pihaknya juga berencana mengurangi produk plastik lainnya di hotel dan kapal pesiar.
Starbucks juga mengambil tindakan serupa dengan mengubah bentuk tutup minuman dinginnya, sehingga dapat menghilangkan lebih dari 1 miliar sedotan plastik per tahun.
Seattle, menjadi kota besar pertama di AS yang melarang penggunaan sedotan plastik pada 1 Juli 2019. Berbeda dengan New York yang baru mengajukan undang-undang pelarangan sedotan plastik pada 2020.
Ini juga diikuti oleh kota-kota besar lainnya di AS seperti Malibu, San Liu Obispo, California, Miami Beach, Fort Myers dan Florida.
Dari upaya tersebut ada kesamaan sisi yaitu melarang penggunaan plastik terutama sedotan.
Mengapa Anda membutuhkan sedotan plastik?
Mengapa sesuatu yang kecil dan sering dilupakan begitu saja menjadi fokus utama dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan?
Sedotan tentu saja hanya sebagian kecil dari penyebab pencemaran plastik di lautan. Namun, para aktivis lingkungan memiliki pendapat berbeda. Mereka berharap ini bisa menjadi batu loncatan yang mendorong masyarakat untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai lainnya.
Seberapa Efektifkah Larangan Sedotan Plastik?
Bloomberg News memperkirakan bahwa dalam skala global, sedotan hanya menyumbang 0,03 persen dari total sampah plastik secara massal.
Meski jumlahnya kecil, perlu diingat bahwa larangan ini hanyalah batu loncatan menuju perubahan besar berikutnya.
Seberapa realistis lompatannya?
Dalam psikologi, ada teori yang dikenal dengan “kelebihan” (meluap). Limpahan adalah gagasan bahwa terlibat dalam satu perilaku dapat termotivasi secara psikologis untuk terlibat dalam perilaku yang kurang lebih serupa.
Dengan mengikuti larangan sedotan plastik seseorang mungkin memutuskan untuk lebih ramah lingkungan dengan meninggalkan produk plastik sekali pakai lainnya.
Atau mereka bisa saja merasa normal dan menjalani hidup seperti biasa.
Tentunya yang sangat diharapkan adalah efek limpahan ini memiliki akhir yang positif, dimana masyarakat akan mengerti dan sadar akan lingkungannya.
Langkah Kecil yang Dapat Anda Lakukan
Sementara itu, berikut beberapa hal lain yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi penggunaan plastik:
- Bawalah tas yang dapat digunakan kembali ke toko bahan makanan, dan terus gunakan kembali.
- Ganti botol dan peralatan plastik dengan yang logam.
- Beli makanan yang tidak mudah busuk seperti kacang-kacangan, nasi, pasta, dan biji-bijian lainnya, dalam jumlah besar untuk mengurangi kemasan, dan bawalah wadah yang dapat digunakan kembali ke toko.
- Kemas makan siang/snack dalam wadah yang dapat digunakan kembali, bukan kantong plastik..
- Dan tentu saja, tidak ada salahnya untuk mengatakan tidak pada sedotan (atau mencoba sedotan yang dapat digunakan kembali).