Pendidikan Barat Di Indonesia : Pengertian, Peran, Kedudukan
Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan mencakup pengajaran keterampilan khusus, serta sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih dalam, yaitu pemberian pengetahuan, penilaian dan kebijaksanaan. Salah satu landasan utama pendidikan adalah mengajarkan budaya secara turun-temurun. Kehidupan suatu bangsa sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar melestarikan budaya dan mewariskannya dari generasi ke generasi, tetapi juga diharapkan mampu mengubah dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan keterampilan yang sudah diketahui, tetapi harus mampu memprediksi berbagai jenis keterampilan dan kecakapan yang akan datang di masa depan, sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat agar dapat dikuasai oleh peserta didik.
Baca juga: Seminar Pendidikan
Peran Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Ilmu pendidikan memiliki peran sebagai perantara dalam membentuk masyarakat yang memiliki landasan individu, sosial dan aman dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam skala mikro, pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung dalam skala perhatian yang terbatas, seperti antara teman, antara seorang guru dengan seorang atau sekelompok kecil murid, maupun dalam keluarga antara suami istri, antara orang tua dan anak dan anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu mengembangkan seluruh potensi dirinya dalam arti seperangkat sifat yang utuh dan baik.
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta meningkatkan kualitas hidup dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional dan Penyelenggaraan pendidikan. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang kokoh dan mandiri serta rasa tanggung jawab sosial dan kebangsaan.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya dan kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem yang terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan. Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang dilakukan dengan orientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan karakter dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.
Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan memproses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, membuat mendidik. Pendidikan sebagai ilmu harus mampu:
- Empiris, karena objeknya ditemukan dalam dunia pengalaman.
- Secara spiritual, karena situasi pendidikan didasarkan pada tujuan manusia, tidak meninggalkan anak didik pada keadaan alamiahnya.
- Normatif, karena didasarkan pada pilihan antara baik dan buruk.
- Historis, karena memberikan gambaran teoretis tentang sistem pendidikan sepanjang zaman dengan mengingat latar belakang budaya dan filosofis yang mempengaruhi zaman tertentu.
- Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah pendidikan dan bekal yang langsung ditujukan pada tindakan mendidik.
Posisi ilmu pendidikan berada di tengah-tengah ilmu-ilmu lain dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan adalah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, sedangkan definisi terpenting dari pendidikan itu sendiri adalah:
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan toleransi.
Meningkatkan keterampilan bertanya dan kemampuan menganalisis sesuatu – termasuk pendidikan.
Baca juga: Standar Nasional Pendidikan
Pendidikan Barat di Indonesia
DosenPendidikan.Com – Dalam kebutuhan tenaga terdidik dan terampil, mendorong pemerintah untuk mendirikan sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah pamong praja. Juga didirikan beberapa universitas seperti perguruan tinggi kedokteran, perguruan tinggi teknik, perguruan tinggi hukum dan perguruan tinggi pertanian. Bidang pendidikan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta yaitu swasta asing missie dan zending dan swasta pribumi.
Dari hasil pendidikan telah tumbuh sekelompok orang-orang cerdas di kalangan masyarakat Indonesia. Kelompok ini menyadari dirinya sendiri dan keterbelakangan masyarakatnya.
Mereka mulai bangkit menjadi kekuatan sosial baru, yang memperjuangkan perbaikan nasib bangsa Indonesia. Mereka menuntut tidak hanya kesejahteraan tetapi juga kemerdekaan nasional. Gerakan yang mereka lakukan disebut gerakan nasional.
Sejarah & Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Dalam menghadapi situasi baru di tengah masyarakat ini, terjadi perbedaan pendapat di pihak penjajah. Di satu sisi, ada anggapan bahwa nasionalisme dapat diatasi dengan memperbanyak lembaga pendidikan dan perangkat pemerintahan di bidang sosial.
Kepada pemerintah disarankan agar keadaan Indonesia sesuai dengan keadaannya. Di sisi lain, para penguasa terutama gubernur jenderal sangat khawatir dengan perkembangan baru ini, karena dipandang sebagai ancaman bagi kelangsungan kolonialisme Belanda.
Situasi serupa juga terjadi di kalangan Belanda konservatif, baik pejabat pemerintah maupun pemerintah kolonial Belanda. Pendirian sekolah-sekolah pada zaman penjajahan tentu saja tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemerintah kolonial.
Jenis jenjang dan kualitas sekolah juga disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu. Terutama untuk mendapatkan bawahan yang terdidik “kasar”, oleh karena itu menjelang akhir abad ke-19 apa yang disebut sekolah “modern” sangat terbatas.
Pada awalnya dikenalkan kepada masyarakat adat dua macam sekolah dasar, yaitu sebagai berikut:
- Sekolah kelas dua adalah sekolah untuk mendidik pegawai rendahan, muridnya berasal dari masyarakat biasa.
- Sekolah kelas satu, terutama untuk anak-anak dari masyarakat kelas menengah, untuk anak-anak orang Eropa dan orang asing lainnya didirikan sekolah khusus untuk mereka.
Sejak awal abad ke-20 sistem sekolah desa diperkenalkan, pengelolaan sekolah-sekolah tersebut bergantung pada kemampuan masyarakat setempat. Pemerintah hanya memberikan subsidi dan pengawasan. Lama studi tiga tahun, mata pelajaran yang diajarkan adalah membaca, menulis dan berhitung. Jadi sangat terbatas, tapi siswa yang paling cerdas dan terpilih bisa melanjutkan ke sekolah sambungan. Sekolah tingkat dasar untuk anak keturunan Eropa adalah ELS (Europese Lagere School) ada juga sekolah guru “kweek school” dan sekolah menengah perdagangan modern “MMHS”.
Dan untuk anak-anak kelas atas didirikan sekolah HIS (Sekolah Dasar), di sekolah ini bahasa pengantarnya juga bahasa Belanda. Setelah lulus mereka bisa melanjutkan ke MULO (SMP) dan seterusnya ke AMS (SMA). Namun, tidak semua mahasiswa yang lulus dapat melanjutkan studinya. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, antara lain harus mengikuti tes dan meninjau kembali jabatan dan penghasilan orang tuanya. Untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi, pertama-tama tentunya harus pergi ke Eropa “Belanda”. Sejak tahun 1920 keadaan ini agak berkurang karena beberapa perguruan tinggi telah berdiri di Indonesia, seperti sekolah kedokteran (STOVIA), sekolah hukum (Rechts Hoge School), sekolah teknik (THS).
Selain sekolah umum, ada juga sekolah kejuruan, seperti sekolah pegawai negeri, sekolah guru, sekolah teknik, sekolah perdagangan dan sebagainya. Tentunya selain adanya sekolah negeri, ada juga sekolah swasta. Baik swasta asing maupun swasta pribumi. Sekolah yang dikelola oleh perusahaan swasta asing yaitu misi dan zending bahkan di beberapa daerah mengungguli peran sekolah negeri. Misalnya, di daerah bahkan mengalahkan peran sekolah negeri, seperti di Sulut dan Tapanuli Utara.
Sekolah swasta pribumi biasanya didirikan oleh organisasi partai atau organisasi keagamaan. Seperti sekolah-sekolah yang didirikan oleh Sarekat Islam dan Muhammdiyaj, Taman Siswa yang terkenal, Institut Ksatrian, Perguruan Tinggi Rakyat dan sekolah INS Kayutanam juga terkenal. Penyebaran pendidikan melalui sekolah, meskipun tidak merata, telah terjadi di seluruh Indonesia, di daerah-daerah yang kekuasaan pemerintahannya sudah mengakar sampai ke desa-desa penyebarannya sudah sangat luas. Umumnya antara tahun 1910-1930 merupakan masa subur bagi perluasan pendidikan.
Penyebaran pendidikan ala barat, berbagai macam ilmu yang diajarkan, juga dengan cepat memperluas lapangan kerja baru. Seseorang akan menjadi ahli hanya pada ilmu yang dipelajarinya, dia akan bekerja sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Selain itu, pelajar dan mahasiswa yang berasal dari lingkungan dan adat yang berbeda, kini memiliki pola pikir yang sama. Sehingga komunikasi antar mereka menjadi lebih mudah, hal ini sangat bermanfaat dalam pergerakan nasional. Dan dengan ilmu yang mereka terima, mereka akan semakin bisa mengenal lingkungannya masing-masing, hal inilah yang kemudian mendorong munculnya Nasionalisme Indonesia.
Baca juga: Pendidikan Kewarganegaraan
Sifat Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan termasuk ilmu empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk penggunaan praktis. Dengan menempatkan posisi pendidikan dalam sistematika ilmu, maka pendidikan juga dapat dikatakan sebagai ilmu yang membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Karena masing-masing ilmu memiliki karakteristiknya masing-masing begitu juga dengan ilmu pendidikan.
Sifat ilmu pendidikan meliputi ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan ilmu pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Ilmu Praktis:
Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif
Ilmu pendidikan selalu berhadapan dengan pertanyaan tentang siapa “manusia” itu. Pembahasan tentang siapa manusia biasanya meliputi bidang filsafat yaitu filsafat antropologi. Pandangan filosofis tentang manusia sangat mempengaruhi konsep dan praktik pendidikan. Karena pandangan filosofis tersebut menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau bangsa yang menyelenggarakan pendidikan.
Baca Juga : Dampak Teknologi Informasi di Bidang Pendidikan
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan karakteristik manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai tidak hanya bersumber dari praktik dan pengalaman pendidikan, tetapi secara normatif bersumber dari norma kemasyarakatan, norma filosofis dan pandangan hidup, bahkan dari keyakinan agama yang dianut seseorang.
Demikian artikel dari Duniaduniadik.co.id tentang Pendidikan Barat di Indonesia: Pengertian, Peran, Kedudukan, Sejarah dan Hakikat Ilmu, semoga artikel ini bermanfaat untuk sobat semua.